Minggu, 03 April 2011

Kasus 3:

Gangguan Attention-Deficit Hyperactivity, Fanya adalah seorang anak yang tidak pernah bias diam dan konsen dalam melakukan suatu kegiatan. Dia hampir tidak pernah duduk tenang. Fanay selalu saja melakukan hal-hal yang membuat orang disekitarnay tidak nyaman.

a. Tahap konseling

1. Tahap awal

Tahapan awal konseling dilaksanakan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Dalam membina hubungan baik antara konselor dan klien, untuk menimbulkan rasa percaya antara keduanya, saling menerima dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalahnya.

2. Tahapan Inti

Tahapan inti konseling diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu klien memahami gambaran dirinya, hakekat masalah yang dihadapinya, penyebabnya dan menemukan alternatif pemecahan masalah tersebut. Tahap ini terdiri dari:

A). Eksplorasi Kondisi Klien

Bagaimana cara konselor utnuk mengkondisikan keadaan klien dalam konseling atau berusaha mengadakan perubahan pada tingkah laku dan perasaan klien.

B). Identifikasi Masalah dan Penyebab

Pada tahap ini konselor mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah. Gangguan Attention-Deficit Hyperactivity Hyperactivity ini merupakan salah satu gangguan pemusatan perhatian, dimana anak memperlihatkan impulsivitas, tidak adanya perhatian dan hiperaktivitas yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan Attention-Deficit Hyperactivity adalah faktor genetik, cedera otak, faktor neurokimiawi, faktor neurologis dan faktor psikososial. Jadi sebelum konselor memberikan diagnosis tentang penyakit apa yang diderita oleh klien itu, konselor terlebih dahulu harus mengetahui tentang latar belakang keluarga seperti pola asuh, kondisi keluarga klien, konstelasi keluarga klien.

C). Identifikasi Alternatif Pemecahan

Dalam tahap ini konselor memberikan beberapa pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah, di sini diharapkan klien sendiri yang memilihnya. Dalam kasus dapat dilakukan Terapi Psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada. Dan dapat diberikan juga Farmakoterapi, ini merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan. Antidepresan – termasuk imipramine (Tofranil), desipramine, dan nortriptyline (Pamelor) – telah berhasil digunakan untuk mengobati anak dengan gangguan Attention-Deficit Hyperactivity.

D). Pengujian dan Penetapan Alternatif Pemecahan

Pada tahap ini konselor meminta klien dari pemilihan pemecahan masalah tersebut untuk dapat melakukan dan mengerjakannya. Pada kasus ini klien memilih untuk menggunakan psikoterapi.

Pelaksanaan Terapi:

Dalam melaksanakan terapi Fanya yang mengidap gangguan Attention-Deficit Hyperactivity dapat diberikan kesempatan untuk menggali arti medikasi bagi dirinya sendiri sehingga dapat menghilangkan kekeliruan pengertian “saya gila”. Selain itu, anak dengan gangguan ini dibantu untuk menyusun lingkungannya agar kecemasan mereka menghilang. Orang tua dan lingkunganya harus membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat diperkirakan, dengan menggunakan model terapi perilaku kemudian menerapkannya pada lingkungan fisik, temporal, dan interpersonal.

3. Tahapan Akhir

Tahapan akhir konseling ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses konseling dan penentuan tindak lanjutnya dari terapi yang sudah dilakukan. Tahap ini juga digunakan untuk mengakhiri proses pemberian bantuan, bisa bersifat sementara dan bisa bersifat tetap. Tindak lanjut adalah adanya perhatian konselor untuk mengamati agar klien jangan sampai kembali ke masalah atau regresi ke masalah semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar